Orientasi pendidikan bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah kompetensi produktifnya sebagai praktisi, sehingga Ujian Nasional (UN) untuk para siswa SMK dirasakan lebih baik fokus pada praktisnya, bukan teoritis.
Demikian dikatakan Supriyono, guru SMKN 42 Jakarta, terkait diikut sertakannya mata pelajaran kompetensi keahlian Teori Kejuruan SMK ke dalam UN utama 2010. "Terus terang, untuk menghadapi UN praktik, anak-anak didik kami sangat siap, karena memang sudah kami persiapkan sejak di kelas satu, yang disesuaikan dengan jurusan dan keahliannya masing-masing," ujar Supriyono kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (27/1/2010).
Pun, kata Supriyono, dengan berfokus pada ujian praktik, pendidikan yang dijalankan oleh anak didik selama di sekolah jadi lebih terasa manfaatnya. Yang sekarang terjadi, ujar dia, siswa mengikuti UN terkesan untuk ijazah saja.
"Dengan ujian praktik bersama mitra usaha sekolah, mereka akan memiliki sertifikasi pendidikan yang lebih teruji kualitasnya. Sasaran mereka setelah lulus pun lebih tepat," ujarnya.
Untuk itu, kata Supriyono, pemerintah semestinya lebih fokus ke kualitas produktif siswa, bukan teoritis. Di luar itu, amat disayangkan pula jika ada siswa yang tidak lulus hanya karena terganjal ujian tulis (teoritis).
Asep Tapip, Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMK 15 Bandung, mengatakan diikutsertakannya Teori Kejuruan sebagai mata pelajaran yang diujikan di UN utama sebetulnya tidak terlalu menjadi beban. Dia bilang, karena semua persiapan UN bagi siswanya sudah disesuaikan dengan jadwal UN, termasuk penambahan jadwal pemantapan di luar jam belajar biasa.
"Memang jadi lebih padat, tetapi itu bukan masalah dan menjadi beban. Yang menjadi masalah itu kalau UN dijadikan patokan kelulusan, itu saja," tegas Asep.
"Karena kalau dijadikan patokan kelulusan untuk tiga mata pelajaran UN utama di luar mata pelajaran SMK, hal itu tentu tidak relevan, sebab kualitas kelulusan siswa SMK itu ada pada sisi produktifnya," tambahnya.
"Dengan ujian praktik bersama mitra usaha sekolah, mereka akan memiliki sertifikasi pendidikan yang lebih teruji kualitasnya"
-- Supriyono
Demikian dikatakan Supriyono, guru SMKN 42 Jakarta, terkait diikut sertakannya mata pelajaran kompetensi keahlian Teori Kejuruan SMK ke dalam UN utama 2010. "Terus terang, untuk menghadapi UN praktik, anak-anak didik kami sangat siap, karena memang sudah kami persiapkan sejak di kelas satu, yang disesuaikan dengan jurusan dan keahliannya masing-masing," ujar Supriyono kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (27/1/2010).
Pun, kata Supriyono, dengan berfokus pada ujian praktik, pendidikan yang dijalankan oleh anak didik selama di sekolah jadi lebih terasa manfaatnya. Yang sekarang terjadi, ujar dia, siswa mengikuti UN terkesan untuk ijazah saja.
"Dengan ujian praktik bersama mitra usaha sekolah, mereka akan memiliki sertifikasi pendidikan yang lebih teruji kualitasnya. Sasaran mereka setelah lulus pun lebih tepat," ujarnya.
Untuk itu, kata Supriyono, pemerintah semestinya lebih fokus ke kualitas produktif siswa, bukan teoritis. Di luar itu, amat disayangkan pula jika ada siswa yang tidak lulus hanya karena terganjal ujian tulis (teoritis).
Asep Tapip, Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMK 15 Bandung, mengatakan diikutsertakannya Teori Kejuruan sebagai mata pelajaran yang diujikan di UN utama sebetulnya tidak terlalu menjadi beban. Dia bilang, karena semua persiapan UN bagi siswanya sudah disesuaikan dengan jadwal UN, termasuk penambahan jadwal pemantapan di luar jam belajar biasa.
"Memang jadi lebih padat, tetapi itu bukan masalah dan menjadi beban. Yang menjadi masalah itu kalau UN dijadikan patokan kelulusan, itu saja," tegas Asep.
"Karena kalau dijadikan patokan kelulusan untuk tiga mata pelajaran UN utama di luar mata pelajaran SMK, hal itu tentu tidak relevan, sebab kualitas kelulusan siswa SMK itu ada pada sisi produktifnya," tambahnya.
0 comments:
Post a Comment